Dengan menyebut nama Allah
SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Pembinaan
Kebangsaan Indonesia” ini.
Adapun penulisan makalah yang berjudul “Pembinaan Kebangsaan
Indonesia”, telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam pembuatan tulisan ini, terutama kepada orang tua
penulis,serta dosen pembimbing mata kuliah Pend.Kewiraan dan Kewarganegaraan.
Namun tidak lepas dari
semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penulisan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka, penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi
saran dan kritik kepada penulis, sehingga penulis dapat memperbaiki tulisan
ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari tulisan tentang Pembinaan Kebangsaan Indonesia ini dapat menjadi bahan pembelajaran serta
menjadi bahan referensi pembaca.
Depok, 29
April
2015
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karakter
2.1.1 Tujuan Pendidikan Karakter Bangsa
2.1.2 Pembinaan Karakter Bangsa
2.1.3 Nilai-Nilai Karakter
2.1.4 Strategi Pengembangan Karakter Bangsa
2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Karakter Bangsa
2.1.6 Revitalisasi Pembinaan Karakter Kebangsaan
2.1.7 Karakter yang Diharapkan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan dan pembinaan karakter bangsa memiliki
andil yang besar untuk memajukan peradaban bangsa agar menjadi bangsa yang
semakin terdepan dengan Sumber Daya Manusia yang berilmu, berwawasan dan
berkarakter. Pembentukan, pendidikan dan pembinaan karakter bangsa sangat luas
karena terkait dengan pengembangan multiaspek potensi–potensi keunggulan
bangsa dan bersifat.
Pembentukan, pendidikan dan pembinaan karakter bangsa
harus diaktualisasikan secara nyata untuk menjaga jati diri bangsa dan
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan
karakter, karakter bangsa, pendidikan karakter dan pembinaan karakter bangsa
serta apa tujuannya?
2. Apa saja yang menjadi nilai-nilai
dari karakter ?
3. Strategi apa saja yang dilakukan
untuk mengembangkan karakter bangsa?
4. Apa saja yang mempengaruhi karakter
bangsa?
5. Bagaimana hasil karakter yang
diharapkan ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendidik dan membina serta
mengembangkan karakter bangsa.
2. Untuk memenuhi salah satu tugas
tulisan Pendidikan Kewarganegaraan.
BAB II
Pembahasan
Pembahasan
Bangsa
Indonesia mendapatkan kemerdekaannya setelah berjuang melawan para penjajah
berabad-abad lamanya. Pada era globalisasi saat ini, makna kemerdekaan adalah
mejadi mandiri secara total. Kapasitas kemandirian ini dapat dilihat dari
kemampuan negara tersebut membina keterbukaan dengan
bangsa-bangsa lain didunia, berdasarkan prinsip saling melengkapi atau
komplementasi, yang saling menguntungkan.
Pembinaan secara bahasa sendiri berarti 1. Proses, cara, perbuatan membina
(negara dsb); 2. Pembaharuan; penyempurnaan; 3. Usaha, tindakan, dan kegiatan yg
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yg lebih baik. Maka
dari itu, martabat suatu bangsa sangat ditentukan dari kemampuan bangsa
tersebut membina pranata-pranata kehidupan yang memiliki engaruh besar dalam
membentuk karakter bangsa yang memiliki daya saing tinggi dan berpikiran cerdas
seperti pranata ekonomi dan pranata sosial-politik.
Bangsa-bangsa di dunia saat ini yang menjadi penguasa kehidupan secara
gobal adalah bangsa-bangsa yang memiliki karakter tersebut di atas dengan
tingkat imajinasi dan kreativitas yang tanpa batas serta bermental robust atau
tahan banting.
Sebaliknya, tanpa karakter tersebut, bangsa tersebut tidak akan mampu
memberikan komplementasi yang berarti pada sistem sivilisasi global dan
memberikan peran pada sektor-sektor ekonomi yang bernilai tambah tinggi. Bangsa
yang demikian, walaupun sarat dengan sumber daya alam akan tergusur dan hanya
mampu mengembangkan sektor ekonomi dengan nilai tambah rendah, lingkungan yang
semakin rusak dan secara budaya akan terjajah.
Tanpa
adanya upaya dan komitmen bagi suatu bangsa untuk meningkatkan daya saingnya,
maka kita sangat berisiko menjadi bangsa yang termarginalkan di era kompetisi
global. Lemahnya daya saing suatu bangsa akan mengakibatkan rentannya
kemandirian bangsa tersebut karena akan terjebak pada dua perangkap globalisasi
atau globalisation trap yaitu perangkap teknologi atau technology
trapdan perangkap budaya atau culture trap. Kedua perangkap ini
umumnya dengan cepat dapat dialami oleh suatu bangsa dengan karakter yang
lemah. Sebagai misal perangkap teknologi akan menjebak sebuah bangsa untuk
membangun industri yang hanya berbasiskan pada lisensi atau re-alokasi pabrik
tanpa adanya pembinaan kapabilitas teknologi, sehingga bangsa tersebut,
meskipun tampaknya dapat memfabrikasi berbagai produk, namun esensinya proses
fabrikasi itu sebenarnya hanya dilakukan pada tahapan yang relatif tidak atau
kurang penting. Adapun tahapan dari proses yang lebih penting (atau sangat penting)
dari proses fabrikasi tersebut masih dikuasai oleh negara asing. Sehingga pada
akhirnya bangsa yang demikian aktifitas industrinya akan sangat bergantung
dengan entitas asing.
Sekarang ini setelah 62 tahun merdeka, harus diakui bahwa bangsa Indonesia
telah mengalami berbagai dinamika proses transformasi karakter bangsa. Dalam
kurun waktu tersebut telah cukup banyak dicapai berbagai hasil pembangunan
walaupun harus diakui masih banyak beberapa kekurangan yang perlu ditingkatkan
pencapaiannya khususnya terkait dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat.
Bangsa
kita saat ini dihadapkan pada sejumlah paradoks terkait dengan pembangunan
karakter bangsa. Di satu pihak, pembangunan bangsa ini telah mencatat sejumlah
prestasi, seperti pertumbuhan ekonomi yang membaik dan hampir mencapai target
6% di tahun 2007 ini, kuota ekspor yang terus meningkat, cadangan devisa yang
semakin besar dan jumlah penduduk miskin juga telah semakin berkurang. Namun di
pihak lain, kita masih menghadapi sejumlah fenomena seperti kasus korupsi,
saling memfitnah dalam kehidupan bernegara dan sejumlah ekses lain yang tidak
mencerminkan sifat-sifat karakter unggul yang telah pernah dicontohkan oleh
para pendiri bangsa ini.
Oleh
karena itu merombak tatanan suatu bangsa di era globalisasi tidak cukup hanya
dengan menjadikan masyarakat bangsa tersebut berada dalam tatanan pola
kehidupan demokratis yang menghilangkan batas etnis, pluralitas budaya dan
heterogenitas politik, akan tetapi di era knowledge based economy dituntut
adanya hal yang lebih dari itu, yakni suatu tatanan masyarakat demokratis yang
terus melakukan pembelajaran atau learning society dalam upaya
untuk mencapai suatu peningkatan kapasitas pengetahuan yang kontinyu sehingga
akan terbentuk suatu masyarakat madani yang berdaya saing ataucompetitive
civil society. Inilah bentuk masyarakat yang mendukung untuk tercapainya
kemandirian dan peningkatan martabat bangsa.
2.1.
Karakter
a) Ditjen
Mandikdasmen (Kementerian Pendidikan Nasional)
Karakter
adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat
b) Wyne
Mengungkapkan
bahwa kata karakter berasal dari bahasa Yunani “karasso” yang berarti “to
mark” yaitu menandai atau mengukir, yang memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Oleh
sebab itu seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan
sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berprilaku jujur,
suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah
karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang.
Karakter
adalah nilai-nilai yang menjadi ciri khas tiap individu dan diaplikasikan
dalam nilai-nilai kebaikan yang tercermin baik dalam bentuk tindakan maupun
tingkah laku. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan.
B. Karakter
Bangsa
Karakter
bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang
tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa
dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta
olah dari raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia
haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan
prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
C. Pedidikan
Karakter Bangsa
Pendidikan
adalah usaha sadar, terencana dan terstruktur untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan
karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun individu.
Pendidikan karakter bangsa adalah usaha sadar dan terencana dalam menanamkan
nilai-nilai yang menjadi pedoman dan jati diri bangsa sehingga terinternalisasi
didalam diri peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam sikap dan perilaku
yang baik.
D. Pembinaan
Karakter Bangsa
Pembinaan
Karakter Bangsa adalah upaya sistematik suatu negara berkebangsaan untuk
mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan
ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks
kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks
berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Pembinaan
karakter bangsa dilakukan melalui proses sosialisasi, pendidikan dan
pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama seluruh komponen
bangsa dan negara.
2.1.1.Tujuan Pendidikan
Karakter Bangsa
Tujuan dari Pendidikan Karakter Bangsa yaitu :
a) Untuk menanamkan dan membentuk sifat
atau karakter yang diperoleh dari cobaan, pengorbanan, pengalaman hidup, serta nilai
yang ditanamkan sehingga dapat membentuk nilai intrinsik yang akan menjadi
sikap dan perilaku peserta didik.
b) Nilai-nilai yang ditanamkan berupa
sikap dan tingkah laku tersebut diberikan secara terus-menerus sehingga
membentuk sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan tersebut akan menjadi karakter
khusus bagi individu atau kelompok.
c) Pendidikan memegang peranan yang
sangat penting dalam perjalanan perilaku seseorang. Pendidikan yang menekankan
pada karakter lah yang mampu menjadikan seseorang mempunyai karakter yang baik.
d) Pendidikan tidak hanya sekedar
menghasilkan manusia-manusia yang cerdas, namun juga manusia-manusia yang
berkarakter baik.
e) Pendidikan karakter sangatlah
penting untuk menjawab permasalahan bangsa saat ini. Karena pendidikan karakter
mampu memajukan peradaban bangsa agar bisa menjadi bangsa yang semakin terdepan
dengan SDM yang berilmu dan berkarakter.
Peran
pendidikan bagi kemajuan sebuah bangsa sangat penting, untuk itu perlu adanya
bimbingan dan binaan khusus bagi setiap individu atau kelompok untuk
mendapatkan pendidikan yang memadai.
2.1.2.Pembinan
Karakter Bangsa
Tujuan yang
hendak dicapai oleh bangsa Indonesia dalam malaksanakan pembinaan karakter
bangsa adalah:
(1) Meningkatkan
dan mengokohkan semangat religiositas bangsa.
(2) Menambah kokohnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(3) Menjamin
terlaksananya pluralitas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
(4) Memantapkan
wawasan, rasa dan semangat kebangsaan.
(5) Menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan hukum.
(6) Mengembangkan
musyawarah untuk mencapai mufakat.
(7) Mengembangkan
nilai dan kompetensi karakter pribadi dan bangsa.
(8) Meningkatkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan
hasil yang hendak dicapai dalam pembinaan karakter bangsa adalah terciptanya
masyarakat yang bersikap dan bertingkah laku secara santun berdasar Pancasila.
Diharapkan agar perilaku warga negara baik dalam aspek politik, ekonomi, maupun
sosial budaya mengacu pada konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Secara rinci dapat digambarkan bahwa pembinaan karakter bangsa
tersebut untuk dapat menghasilkan warganegara yang memiliki:
a. Keimanan dan ketaqwaan yang kuat
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing, dan dapat
bersikap secara tepat dan baik dalam menghadapi pluralitas agama yang terdapat
di Indonesia.
b. Sikap dan tingkah laku yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, dengan mendudukan hak asasi manusia secara proporsional sesuai
dengan konsep dan prinsip yang terkandung dalam Pancasila.
c. Semangat kebangsaan yang tinggi,
sehingga selalu menjunjung tinggi existensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepentingan pribadi dan golongan selalu diselaraskan dengan kepentingan
negara-bangsa.
d. Pengetahuan, sikap, perilaku dan
kemampuan dalam menerapkan demokrasi yang bersendi pada prinsip dan nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
e. Sikap, perilaku dan kemampuan untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
f. Kesadaran untuk mengembangkan nilai
dan kompetensi universal karakter warganegara.
2.1.3.Nilai –
Nilai Karakter
a) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya.
d) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
e) Kerja
Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan
f) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
h) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i)
Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
j)
Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
k) Cinta
Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
l)
Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
m) Bersahabat
/ Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
n) Cinta
Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
2.1.4.Strategi Pengembangan Karakter Bangsa
Ada 3 pilar
utama untuk mewujudkan Karakter Bangsa, yaitu:
a) Aspek pada Tataran Individu
Nilai kehidupan diwujudkan dalam perilaku, diinternalisasikan dalam
kehidupan sehari-hari secara konsisten. Pendidikan karakter
bangsa dimulai dengan pendidikan karakter individu.
b) Aspek pada Tataran Masyarakat
Masyarakat adalah komunitas yang secara integral memiliki nilai yang sama,
dan akan committed menerapkan nilai yang mereka anggap baik. Komunitas bisa terbentuk karena
kepentingan, profesi atau tujuan bersama contohnya PGRI, PMR atau Partai
Politik.
c) Aspek pada Tataran Bangsa
Bangsa teridiri dari sekumpulan bangsa, masyarakat. Pada komunitas, baik
orang atau bangsa, terjadi kontrak sosial atau perasaan kebersamaan untuk
mendukung nilai-nilai luhur yang ada. Pada tataran bangsa, nilai-nilai luhur
tersebut telah berhasil dirumuskan menjadi dasar negara Bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila. Nilai-nilai luhur tersebut adalah:
Ø Iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
Ø Martabat Kemanusiaan
Ø Persatuan
Ø Musyawarah
Ø Adil
Pengembangan Karakter Bangsa dengan Pembinaan
a) Sosialisasi
Penyadaran
semua pemangku kepentingan akan pentingnya karakter bangsa. Media cetak
dan elektronik perlu berperanserta dalam sosialisasi.
b) Pendidikan
Formal
(satuan pendidikan), nonformal (kegiatan keagamaan,kursus, pramuka dll.),
informal (keluarga, masyarakat, dan tempat kerja), forum pertemuan
(kepemudaan).
c) Pemberdayaan
Memberdayakan
semua pemangku kepentingan (orang tua, satuan pendidikan, ormas, dsb.) Agar
dapat berperan aktif dalam pendidikan karakter.
d) Pembudayaan
Perilaku
berkarakter dibina dan dikuatkan dengan penanaman nilai-nilai kehidupan agar
menjadi budaya.
e) Kerjasama
Membangun
kerjasama sinergis antara semua pemangku kepentingan.
2.1.5. Faktor yang Mempengaruhi Karakter Bangsa
a. Lingkungan
Global
Globalisasi dalam banyak hal memiliki kesamaan dengan internasionalisasi
yang dikaitkan dengan berkurangnya peran dan batas-batas suatu negara
yang disebabkan adanya peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa
dan antarmanusia di seluruh dunia melalui berbagai bentuk interaksi.
Globalisasi juga dapat memacu pertukaran arus manusia, barang, dan informasi
tanpa batas. Hal itu dapat menimbulkan dampak terhadap penyebarluasan pengaruh
budaya dan nilai-nilai termasuk ideologi dan agama dalam suatu bangsa yang
sulit dikendalikan. Pada gilirannya hal ini akan dapat mengancam jatidiri
bangsa.
Berdasarkan
indikasi tersebut, globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir
dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan
generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar
yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu,
diperlukan upaya dan strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia
dapat tetap menjaga nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda
tidak kehilangan kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
b. Lingkungan
Regional
Pada
lingkungan regional, pengaruh globalisasi juga membawa dampak terhadap
terkikisnya budaya lokal di zona negara-negara Asia Tenggara. Dampak tersebut
berwujud adanya ekspansi budaya dari negara-negara maju yang menguasai
teknologi informasi. Meskipun telah dilaksanakan upaya pencegahan melalui
program kerja sama kebudayaan, namun melalui teknologi infomasi yang
dikembangkan, pengaruh negara lain dapat saja masuk.
Perkembangan
regional Asia atau lebih khusus ASEAN dapat membawa perubahan terhadap pola
berpikir dan bertindak masyarakat dan bangsa Indonesia. Untuk itu, diperlukan
strategi yang tepat dan sesuai agar masyarakat Indonesia dapat tetap menjaga
nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa serta generasi muda tetap memiliki
kepribadian sebagai bangsa Indonesia.
c. Lingkungan
Nasional
Perkembangan
politik di dalam negeri dalam era reformasi telah menunjukkan arah terbentuknya
demokrasi yang baik. Selain itu telah direalisasikan adanya kebijakan
desentralisasi kewenangan melalui kebijakan otonomi daerah. Namun, sampai saat
ini, pemahaman dan implementasi konsep demokrasi dan otonomi serta pentingnya
peran pemimpin nasional masih belum memadai. Sifat kedaerahan yang kental dapat
mengganggu proses demokrasi dan bahkan mengganggu persatuan nasional.
Harus diakui
bahwa banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia sejak lebih dari enam
puluh tahun merdeka. Pembangunan fisik dimulai dari zaman orde lama, orde baru,
orde reformasi hingga pasca reformasi terasa sangat pesat, termasuk pembangunan
infrastruktur pendukung pembangunan yang mencapai tingkat kemajuan cukup
berarti.
Kemajuan di
bidang fisik harus diimbangi dengan pembangunan nonfisik, termasuk membina
karakter dan jati diri bangsa agar menjadi bangsa yang kukuh dan memiliki
pendirian yang teguh. Sejak zaman sebelum merdeka hingga zaman pasca reformasi
saat ini perhatian terhadap pendidikan dan pengembangan karakter terus mendapat
perhatian tinggi. Pada awal kemerdekaan pembangunan pendidikan menekankan
pentingnya jati diri bangsa sebagai salah satu tema pokok pembinaan karakter
dan pekerti bangsa. Pada zaman Orde Lama, Nation
and Character Building merupakan pembinaan karakter dan pekerti bangsa.
Pada zaman Orde Baru, pembinaan karakter bangsa dilakukan melalui mekanisme
penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Pada zaman
Reformasi, sejumlah elemen kemasyarakatan menaruh perhatian terhadap pembinaan
karakter bangsa yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan.
2.1.6. Revitalisasi Pembinaan Karakter Kebangsaan
Untuk
meneruskan peran protagonis yang berhasil dimainkan dengan indah oleh para
pemuda pejuang di era kemerdekaan, pemuda masa kini memiliki kewajiban moral
untuki meneruskan tradisi positif ini di era kemerdekaan. Kongkritnya, pemuda
harus bisa menjadi tumpuan bagi terciptanya kemakmuran, kemajuan, serta
kemandirian Indonesia. Menjadi dinamisator pembangunan agar bangsa Indonesia
memiliki daya saing tinggi, sehingga sejajar bahkan unggul dari bangsa-bangsa
lain.
Ironisnya,
kenyataan yang ada tidaklah demikian. Para pemuda Indonesia saat ini seolah
tidak berdaya menghadapi gempuran arus globalisasi yang dihiasi ekspansi
tradisi bangsa asing. Meskipun tidak ada bukti empiris yang menunjukkan bahwa
semua budaya asing memberikan dampak negatif bagi generasi muda, namun jika
kondisi ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan
kehilangan jati dirinya, sehingga akan terjebak dalam kolonialisme kontemporer,
tergantung dan mudah dikendalikan bangsa lain.
Kekhawatiran
ini semakin membayang di depan mata ketika melihat realitas pemuda masa kini
yang pemahaman terhadap sejarah dan nilai-nilai budaya nasinalnya menurun
drastis. Mereka seakan lebih bangga mengidentifikasi diri kepada bangsa lain
yang lebih maju ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Supaya
realitas memprihatinkan ini segera berakhir, pemuda harus tampil di barisan
terdepan dalam upaya menyelamatkan bangsa Indonesia dari ancaman hilangnya
identitas nasional. Inilah perjuangan berat yang terhampar di depan mata dan
menuntut komitmen utuh dari segenap pemuda Indonesia. Agar perjuangan ini
berhasil, setidaknya ada peran yang harus dijalankan oleh para pemuda yaitu :
a) Character builder (Pembangun
Karakter)
Tergerusnya
karakter positif—seperti ulet, pantang menyerah, jujur, dan kreatif—yang
dibarengi tumbuhnya karakter negatif seperti malas, koruptif, dan konsumtif di
kalangan masyarakat Indonesia, menuntut pemuda untuk meresponnya dengan cepat
dan cerdas. Mereka harus menjadi pioner yang memperlihatkan kesetiaan untuk
memegang teguh kearifan lokal seperti yang dicontohkan pemuda generasi
terdahulu.
b) Caharacter Enabler (Pemberdaya Karakter)
Pembangunan
karakter bangsa tentunya tidak cukup jika tidak dilakukan pemberdayaan yang
berkesinambungan. Oleh sebab itu, pemuda harus memiliki tekad untuk mejadi role
model dari pengembangan karakter bangsa yang positif.
c) Character engineer (Perekayasa Karakter)
Peran ini
menunut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran. Pasalnya,
pengembangan karakter positif bangsa menunut adanya modifikasi dan rekayasa
yang tepat sesuai dengan perkembangan zaman.
2.1.7. Karakter
yang Diharapkan
Secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai
hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah
rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan perasaan sikap dan
keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan
menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah raga
berkenaan dengan proses persepsi,
kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai
sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang
tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan. Karakter
individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian
tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut.
a) Karakter
yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman
dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan
berjiwa patriotic.
b) Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis,
kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan
reflektif.
c) Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan
sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
d) Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan,
saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran,
nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta
tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis,
kerja keras, dan beretos kerja.
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari
berbagai dan beragam suku dan bangsa, agama, budaya dan bahasa. Jika kita
sebagai warga negara dan generasi penerus bangsa ingin mempertahankan Indonesia
tetap sebagai NKRI yang utuh kita harus menjaga persatuan dan kesatuan serta
membudayakan dan menjaga kredibilitas karakter bangsa dari arus globalisasi
yang mendunia dan tanpa kenal batas. Mempertahankan jati diri dan karakter
bangsa merupakan cerminan sikap yang menjadi identitas bangsa yang dapat
melahirkan manusia-manusia yang berkarakter baik, memajukan peradaban bangsa
kita semakin terdepan dengan SDM yang berilmu dan berkarakter.
Mengingat penting dan luasnya cakupan pembinaan
karakter bangsa dalam rangka menjaga identitas bangsa dari kegoyahan arus
globalisasi, serta menjadikan masyarakat berketuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka
diperlukan komitmen dan dukungan dari lembaga penyelenggara negara, dunia usaha
dan industri, masyarakat, media massa dan pemangku kepentingan lainnya untuk
menyusun program kerja dan mengkoordinasikan dengan pihak terkait agar
terjadi sinergi yang kokoh untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa, oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, 2010